Ahlan Wa Sahlan

Menulis Lebih dari upaya merangkai kata
Menulis Adalah Ikhtiar menemukan dan mengikat makna

Kamis, 17 November 2011

Melukis Senja Keinsyafan


                                                           Melukis  Senja Keinsyafan
       Mata pemuda itu berkaca-kaca ,megalirkan embun-embun segar  yg semakin deras berderai dari kelopak matanya membasahi kemejanya yg lusuh,bila tidak ada keimanan yg telah terpatri di relung hatinya mungkin ia telah memilih untuk mengakhiri hidupnya dan meninggalkan kefanaan kehidupan ini.Bagaimana tidak bagi pemuda yg baru beranjak di usianya yg belia 16 tahun, ia dihadapkan pada dua pilihan yg dilematis,Islam ataukah keluarga,fasilitas dan tanah kelahirannya,memilih antara dua adalah dilema tetapi bila satu telah melangkah pergi maka ringan bebanku tuk kembali merajut episode ini BersamaMU ya ilahi.Keputusan besar itu telah ia ambil,dengan Bismillahirahmanirrahim Islamlah yg ia pilih.Dengan kepedihan yg mendalam Pemuda itu pun meninggalkan keluarganya di sebrang dan berhijrah ke tanah pasundan yg konon Didominasi oleh orang-orang islam yg begitu kental keislamannya.Pemuda yg sering di panggil eki ini kini mulai melukis lembaran baru kehidupannya di tanah pasundan
Eki  menarik nafasnya dalam-dalam,pemuda ini masih memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya ke jok mobil elef yg sedang melaju ke pangalengan.ya walaupun sudah beristirahat di Bandung selama sehari setelah melaui perjalanan selama empat hari pelabuhan Pantoloan-Tanjung priuk dengan mengendarai kapal laut,keletihan perjalana itu masih menyisakan keletihan,khususnya keletihan jiwa yg tak kunjung  juga sirna.Ia sekarang tinggal bersama kelurga baru,kerabat jauh Ibunya yg tak begitu di kenalnya,seingatnya keluraga  ini dahulunya adalah transmigran dari jawa barat ke daerah sulawesi dan ayahnya begitu akrab sampai-sampai layaknya keluarga dekat.Ayahnya pada waktu itu bekerja sebagai  pegawai Nakertrans(Dep.tenaga kerja dan transmigrasi) dan dikenal sebagi orang yg santun lagi baik hati.Sehingga kedatanganya ke Bandungpun lansung di sambut keluarga ini.Ki..sapa Asep,Cape Henteu atauwa pegelnya ?dengan logat sundanya,..eh..cep mana ngerti eki..saut ibu asep…Oh iyaya,Ki ..cape tidak…,Aku pun terhenyak dari lamunanku,iya…asep lumayan letih..,belum banyak kata yg bisa ku obrolkan,ki di sulawesi panas nya? Kake saja swaktu dulu ke palu sampai sakit karna tidak tahan panasnya,ya iyalah karna kake dari pangalengan,daerahnya tiriiiss pisan apalagi kalau subuh..hih….hih…sambil memperlihatkan tubuh yg mengigil..airnya kaya es dikulkas ba’al pokoknya mah.Perjalananku  sepertinya hampir tiba,ditandai dengan hawa dingin yg mulai meyelimutiku,namun subhanallah luar biasa pemandangan di saat senja itu setidaknya dapat mengobati sedikit kegalauan yg masih bergumul di hati ini,suasana yg begitu teduh dengan hawa dinginnya yg khas di hiasi deretan pohon-pohon teh hijau yg berderetan di hiasi langit yg jingga kemerah-merahan,pohon pinus yg lebat dan berjejer rapi,di hiasi keindahan panorama pegunungan yg indah,..Allahuakbar…Allahuakbar…Gema Adzan magrib membahana di seantero perjalanan,sebuah suasana yg jarang kutemukan di rumahku di kota Palu karna di daerah asalku tidak mudah menemukan mesjid ataupun musolah di setiap sudut jalan berbeda dengan di pangalengan..Alhamdulillah..serentak kami mengambil sekantong es buah yg telah kami siapkan untuk berbuka,ya ini adalah Puasa pertamaku dan Ramadhan pertamaku.Beberapa menit kemudian kami telah sampai ke Kecamatan Pangalengan,dengan diselimuti udara dingin dan pekatnya malam akupun menapaki jalan setapak demi setapak mengikuti nenek dan anaknya.Aku pun tak sabar ingin segera sampai.Beberapa menit kemudian tibalah kami di depan pagar rumah yg di hiasi pot-pot bunga yg tertata Rapi.Tok…tok…Asep mengetuk pintu, lalu…segeralah ayahnya asep memeluku dengan eratnya,tanda bahagia dan rindu mungkin karna  di sulawesi dulu sewaktu balita aku sering di timang-timangnya.kami pun segera masuk  lalu setelah meletakan tas maka akupun segera mengambil air wudu untuk bergegas solat maghrib,lalu asep mengimami kami solat magrib.Bismillahirahmanirrahiiim,Alhamdulillahirrabbil’alamin,Arrahmanirrahim…malikiyaumiddin..Iyyakana’abudu waiyyakanasta’in,…hiks…hiks…hiks…aku pun menagis sejadi-jadinya,tangisanku meledak  ketika mendengarkan lantunan alafatihah dan surat An-nashr  bagaikan tanah gersang yg diguyur dan dibsahi sejuknya hujan,begitu pula hat pilui ini rasanya begitu lapang,dan sejuk,rintik-rintik air mataku pun tak terbendung lagi membasahi sajadah,subhanalllah begitu damai,apalagi disaat sujud rasanya tidak ingin bangkit dari sujud ini,diri ini merasa begitu hina,lemah,kotor,risau,gundah,takut, semuanya bercampur aduk, namun di saat sujud semua perasaan itu seakan sirna layaknya kegelapan yg sirna oleh fajar yg terang benderang,semua perasaan yg tidak karuan seakan mencair bersama tangisan dan air mataku yg membasahi  sajadahku,hik…hiks…hiks…tangisanku tak kunjung sirna,setelah selesai dari salat maghrib tangisanku bagai banjir bandang,bukan semakin kecil namun semakin menjadi-jadi,aku pun menatap dengan seksama jendela yg terbuat dari kaca bening tembus pandang itu,akupun menatap lekat-lekat senja kala itu yg masih meyisahkan warna jingga merona yg seakan ikut menagis bersamaku,
Ki…ki..sudah nagisnya ya,kita makan dulu…sambil menyodorkan nasi panas..dan juga ikan mas goreng,dan sayur boncis tumis kesayanganku…teh kulsum mencoba menenangkanku,sepertinya ia bingung dan mencoba merasakan bagaimana emosi jiwaku,..mahasiswi semester  enam  universitas nusantara(Uninus) yang di balut dengan jilbab biru lebar ini ini terus membujuku agar segera makan,Kutaraik nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri,..sambil menghela nafas panjang..aku pun bergegas untuk mencuci kembali wajahku yg penuh dengan air mata dan ingus,Haah…lega rasanya,tidak perlu solat dengan perasaan khawatir dan risau lagi,rasanya ini adalah anugrah yg begitu besar,karna sebelumnya  saat di rumah di sulawesi rasanya risau bila shalat,selalu dibayabg-bayangi ke khawatiran ketahuan shalat,namun aku pun selalu mencari kesempatan shalat sewaktu orang tuaku tidur,dimalam hari,aku selalu bangun untuk shalat,bahkan sering kali kujama,dzuhur,ashar,mahgrib,kadang subuh,di malam itu sekaligus,kadang kulaksanakan solat di bawah kolong tempat tidur,berbekal buku risalah shalat sebesar saku baju berwarna pink aku memperagakan gerakan dan melafalkan ayat-ayat yg ditulis dalam bahasa Indonesia.Bismillahirrahmanirrahiiim…Nuuun..wal qolami wama yasturun,ma’anta bini’mati robbika bimajnun.wa innakala lajrun ghoirumamnun,wa innakal’ala khulukin adhim…sayup-sayup..terdengar lantunan ayat suci alquran..dengan suara yg merdu,..nampaknya teh kulsum begitu menghayati dan fasih melantunknannya…aku yg mendengarkannya merasa sejuk mendengarkannya,pikiranku melayang  mengawang sampai kerumahkaku aku membayangkan bila saja,ibuku yg melatunkannya,di ikuti oleh kedua adik permpuanku…hem..kutarik nafas dalam-dalam..ya Allah Ya Rabbi hambamu ini ingin bisa membaca Al-quran kaya teh kulsum fasih dan merdu,ya Allah sepertinya sejuk bila bisa membacakan surat-surat cintaMu ya Allah,desahku membatin,Aku iri karna belum bisa membaca Al-Quran...sepanjang malam itu teh kulsum terus melatunkan ayat-ayat suci itu dengan indah...Sebelum merebahkan tubuh kepembaringan..kulangkahkan kaki untuk mengambil air wudu.Subhanallah..kuraba  air jernih dan dingin yg mengalir dari pemancuran,begitu dingin dan menyejukan bahkan sampai tersa pada jiwa ,biarlah bulir-bulir air jernih dan sejuk ini mengisi dan tersublimasi kedalam raga dan jiwa ini menjadi bait-bait untuk meniti keinsyafanku…kuhirup  udara dalam-dalm lalu kehempaskan kembali..fiuu..Kuhamparkan sajadah kehidupanku sebagai tempatku untuk bersujud,sambil memandangi sajadah bermotif mesjid aku mulai paham bahwa sesungguhnya kehidupan kita yg terhampar luas adalah sajadah ya,lalu aku pun bertakbir untuk mengagungkannya,lalu ruku sebagai ketundukan padaNya sambil meyerahkan seluruh lara dan kepedihan yg kutumpah ruahkan dari pundak ini padanya karna ku tak kuasa,dan aku yakin Allah yg maha kuasa mampu meyelesaikannya degan indah,lalu aku bersujud memohon ampun akan kesombongan,dan keangkuhanku selama ini dan mulai merengek padaNya,aku merasa terbenam dalam lautan cinta yg tak kupahami akupun berusaha menggapainya dalam kesendirian malam itu,lalu akurampungkan salat tiga raka’atku,lalu selepas bermunanjat  lalu aku terpaku bermuhasabah akan hari yg kulalui hari ini.Lukisan senja hari ini telah terukir,membayangi lembayung yg kian beringsut menjauhi objek pandang,Bias takdir yg  samar mulai kulukis bersama senja yg tersenyum manis menyambutku,biarlah kuhempaskan diri dalam lara bernaungkan iman untuk  mendewasakan diri dan hati untuk mengetuk pintu-Mu . seorang hamba yg bermimpi setangguh Umar dan selembut  Abu bakar yg ternyuh hatinya oleh ayat-ayat suci,Musafir  yg melangkah  menuju HidayahNya.Muhammad.Mulki.Ibrahim Al-Faruq


Tidak ada komentar:

Posting Komentar